Merekaharus diberi pendekatan secara bijak. Friday, 16 Zulhijjah 1443 / 15 July 2022 Dakwahitu Berat SEMUA KATEGORI 4448 Fawaid Ilmiah 1845 test 0 UMRAH 0 Umum 200 Ust Abu Ya'la Kurnaedi, Lc 13 Ust Fachrudin Nu'man, Lc 9 Ustadz Ahmad Zainuddin Lc 139 Ustadz Badrusalam 539 Ustadz Djazuli Lc 57 Ustadz DR Arifin Badri 192 Ustadz DR. Dakwah Antara Perjuangan dan Pengorbanan. Rasulullah berdakwah tidak sekadar meminta masyarakat untuk melaksanakan ibadah yang bersifat individu. Tapi sampai menjadi islam tegak di muka bumi dan menjadi tatanan sebuah kehidupan dalam bermasyarakat. Sebab itu, dakwah adalah sebuah perjalanan panjang dan berat. Dakwahsunnah itu ya menurut saya yang sedang mengamalkan amalan sufi, itu ya bagus bagus saja. Setidaknya masyarakat menjadi kenal dan tahu secara kognitif bahwa yang satu-satunya harus dingengeri disembah dipuja-puja hanyalah Allah SWT dan satu-satunya panutan yang harus diteladani adalah Kangjeng Nabi Rosululloh Muhammad SAW. . Dakwah adalah jalan para nabi dan rasul Allah ﷻ. Tidak ada seorang nabi dan rasul pun diutus oleh Allah ﷻ kecuali untuk berdakwah; menyampaikan risalah-Nya kepada umat nabi dan para rasul adalah orang-orang mulia. Mereka adalah manusia-manusia pilihan Allah ﷻ. Demikian pula tugas dakwah yang mereka emban. Sama-sama mulia. Begitu mulianya, tidak ada yang lebih baik daripada aktivitas dakwah. Allah ﷻ tegas berfirmanوَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَSiapakah yang lebih baik ucapannya daripada orang-orang yang menyeru manusia ke jalan Allah, beramal shalih dan berkata, “Sungguh aku ini termasuk kaum Muslim.” TQS Fushilat [41] 33.Namun demikian, sebagai bagian dari sunatullah, jalan dakwah bukanlah jalan yang mulus. Jalan dakwah adalah jalan terjal, penuh rintangan dan duri. Jalan yang kadang mengundang bahaya. Karena itu tidak sedikit yang berguguran di jalan dakwah. Namun, tidak demikian dengan para nabi dan para rasul. Tak ada satu nabi dan rasul pun kecuali mereka tetap istiqamah dan teguh di jalan dakwah. Salah satu contohnya adalah Nabi Nuh as. Beliau mendakwahi umatnya selama 950 tahun! Lihat QS al-Ankabut [29] 14. Yang luar biasa, beliau mendakwahi umatnya siang dan malam! Namun begitu, sebagaimana kita ketahui, orang-orang yang berhasil beliau dakwahi tidak banyak. Para pengikut beliau sangatlah sedikit. Banyak yang tidak peduli dan lari. Banyak pula yang menentang dakwah beliau Lihat QS Nuh [71] 5-7.Demikian pula Nabi Ibrahim as. dalam mendakwahi kaumnya. Tantangan dakwah beliau sangat berat. Bahkan beliau harus berhadapan dengan penguasa bengis, Raja Namrud. Akibat dakwah beliau, beliau harus rela dibakar dengan nyala api yang sangat besar yang mengepung beliau Lihat QS al-Anbiya’ [21] 66-69. Tantangan dakwah juga dialami oleh Nabi Luth as., Nabi Musa as., dan para nabi/rasul yang yang sama tentu juga dialami oleh Baginda Rasulullah ﷺ dan para Sahabat beliau. Hanya karena dakwah, Rasulullah ﷺ, misalnya, pernah dipukul sampai pingsan HR Muslim; dilempar dengan batu, dilempari saat melewati Pasar Dzul Majaz oleh Abu Lahab HR Ibnu Hibban; dilempari dengan kotoran unta saat sedang sujud oleh Uqbah bin Abi Mu'ith HR al-Bukhari; hendak diinjak lehernya oleh Abu Jahal saat beliau sedang shalat; diejek dan di-bully saat beliau berdakwah ke Thaif HR Ibnu Hisyam; dicaci-maki bahkan diludahi HR ath-Thabari; dituding gila, tukang sihir, pemecah-belah, yang sama dialami oleh para Sahabat beliau. Ragam penyiksaan, misalnya, dialami antara lain oleh suami-istri, yaitu Yasir dan Sumayah, serta putranya, Ammar. Ada juga Sahabat yang diikat, seperti dialami oleh Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail dan ibunya HR al-Bukhari. Ada yang ditekan oleh Ibunya, seperti dialami oleh Saad bin Abi Waqash HR Ibnu Hibban. Ada yang dijemur di bawah terik matahari, seperti dialami Bilal bin Rabbah HR al-Hakim. Ada yang dilarang tampil dan menyerukan dakwah secara terbuka, seperti dialami oleh Abu Bakar HR al-Bukhari.Rasulullah ﷺ dan para Sahabat juga pernah diboikot selama 3 tahun. Mereka tinggal di suatu lembah. Selama pemboikotan, banyak dari mereka yang kelaparan, terutama anak-anak HR Ibnu Saad dan adz-Dzahabi. Beliau dan para Sahabat pun dihalang-halangi untuk berhijrah. Namun, semua itu tidak sedikit pun membuat mereka mundur dan surut dari jalan Perjuangan DakwahMengapa para nabi dan para rasul Allah ﷻ seluruhnya mengalami ragam tantangan, rintangan dan gangguan di jalan dakwah? Jawabannya setidaknya ada dua. Pertama, karena arah perjuangan dakwah mereka jelas dan tegas menentang segala bentuk kekufuran dan kesyirikan; menentang rezim zalim; menentang sistem status quo yang notabene rusak dan merusak, yang bertentangan dengan risalah yang mereka emban. Itulah risalah tauhid. Risalah yang mengajari manusia agar menyembah dan mengabdi hanya kepada Allah ﷻ. Tentu dengan menjalankan dan menerapkan seluruh syariah-Nya dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Dengan begitu yang berlaku di tengah-tengah manusia hanyalah agama-Nya. Allah ﷻ berfirmanهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًاDialah Allah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan kebenaran agar Dia menangkan atas semua agama. Cukuplah Allah sebagai Saksi TQS al-Fath [48] 28.Kedua, tentu karena konsistensi, keistiqamahan dan keteguhan mereka di jalan dakwah. Tidak ada sedikit pun sikap putus asa, gentar apalagi takut. Mereka pantang mundur dari jalan perjuangan di jalan Allah. Bahkan teror kaum kafir terhadap mereka semakin menambah keimanan kepada Allah ﷻ dan makin menguatkan keyakinan mereka akan pertolongan-Nya. Allah ﷻ berfirmanالَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُMereka ditakut-takuti oleh orang-orang yang berseru, “Sungguh orang-orang telah berkumpul untuk menyerang kalian. Karena itu takutlah kalian kepada mereka!” Namun, seruan itu malah makin menambah keimanan mereka. Mereka berkata, “Cukuplah Allah Penolong kami dan Dia adalah sebaik-baik Penolong.” TQS Ali Imran [3] 173.Karena itulah, sebagaimana Rasulullah ﷺ dan para Sahabat, hendaknya para pengemban dakwah hari ini tetap fokus pada arah perjuangan dakwah mereka. Arah perjuangan dakwah yang hakiki tentu harus tertuju pada penegakan sistem kehidupan Islam atau penerapan syariah Islam secara kâffah dalam seluruh aspek Sikap OptimisKarena itu meski tantangan, rintangan dan gangguan di jalan dakwah sudah pasti terjadi, sudah selayaknya para pengemban dakwah tetap memelihara sikap optimis. Optimis bahwa pada akhirnya pertolongan Allah ﷻ akan segera tiba dan kemenangan dakwah akan segera datang. Sebabnya, pertolongan Allah ﷻ itu amat dekat. Demikian sebagaimana firman-Nyaأَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌApakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, sementara belum datang kepada kalian seumpama yang pernah dialami oleh orang-orang sebelum kalian. Mereka ditimpa ragam kesulitan dan bahaya serta berbagai guncangan hingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersama beliau berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah sungguh pertolongan Allah itu amat dekat TQS al-Baqarah [2] 214.Karena itu pula, agar kita selalu optimis Pertama, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini, bahwa Islam adalah agama yang haq, yang diturunkan oleh Allah ﷻ untuk mengatur seluruh kehidupan umat manusia QS al-Maidah [5] 3.Kedua, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini, bahwa kita adalah umat terbaik QS Ali Imran [3] 110. Karena itu Allah menetapkan kita dan umat ini sebagai pemimpin dunia, dengan membawa peradaban Islam yang sempurna QS al-Baqarah [2] 143.Ketiga, Allah ﷻ juga memerintahkan kita menerapkan pemerintahan berdasarkan wahyu yang telah Dia turunkan QS al-Baqarah [2] 49. Ini merupakan keniscayaan, bahwa kita dan umat ini adalah pemimpin seluruh umat Allah ﷻ telah berjanji akan memenangkan agama-Nya atas semua agama yang lain QS at-Taubah [9] 33; QS al-Fath [48] 28; QS ash-Shaff [61] 9. Janji ini telah dipenuhi oleh Allah ketika Nabi Muhammad ﷺ masih hidup. Ketika Islam dimenangkan atas seluruh agama baik Yahudi, Nasrani, Paganisme maupun yang lain. Ketika itu ideologi belum lahir. Setelah ideologi Kapitalisme dan Sosialisme lahir, Islam memang secara politik dikalahkan, khususnya setelah Khilafah Islam dihancurkan oleh konspirasi kaum kafir, 3 Maret 1924 M. Namun, yakinlah, sesuai dengan janji Allah ﷻ, Islam akan kembali Dia menangkan atas seluruh ideologi yang ada di dunia. Apalagi Allah ﷻ pun berjanji akan memberikan kembali Kekhilafahan-Nya kepada kaum Mukmin dan orang-orang yang melakukan amal shalih, yang tidak menyekutukan Allah dengan yang lain sedikit pun QS an-Nur [24] 55.Kelima, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini bahwa menegakkan Islam dan seluruh syariahnya dalam seluruh aspek kehidupan ini adalah wajib. Haram umat ini dan seluruh manusia diperintah dan dihukumi bukan dengan syariah Allah ﷻ, sebagaimana yang terjadi hari ini. Sebabnya, siapapun yang tidak memerintah dan berhukum dengan syariah-Nya bisa terkategori kafir, zalim atau fasik Lihat QS al-Maidah [5] 44,45 dan 47.Keenam, harus ditanamkan ke dalam hati kita dan umat ini bahwa setelah semua upaya terbaik sudah dilakukan, maka berikutnya adalah urusan Allah ﷻ Lihat QS ath-Thalaq [65] 3. Dengan kata lain, kita wajib bertawakal kepada Allah ﷻ dengan terus melakukan ikhtiar yang terbaik. Inilah yang menjadi hujjah kita di hadapan-Nya ﷻ berfirmanوَٱصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِٱللَّهِ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِى ضَيْقٍ مِّمَّا يَمْكُرُونَ - إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَBersabarlah Muhammad dan kesabaranmu itu tidak akan terwujud kecuali dengan pertolongan Allah. Janganlah engkau bersedih hati terhadap kekafiran mereka. Jangan pula bersempit dada terhadap tipudaya yang mereka rencanakan. Sungguh Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan para pelaku kebaikan. TQS an-Nahl [16] 127-128. []والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”Kaffah Edisi 226 Dakwah memang berat, namun bisa dinikmati dengan seiring berjalannya waktu. Sebagaimana pendaki gunung yang menapaki beratnya medan dipegunungan, mereka akan berhenti sejenak untuk istirahat sambil menikmati pemandangan yang terhampar, berat namun ketika dinikmati tak terasa sudah mencapai puncak pegunungan, dimana ke indahannya sanggup melupakan beratnya medan. Memang begitulah dakwah yang akan senantiasa menemui berbagai persoalan dalam perjalanannya, nikmatilah setiap peristiwa dengan berbagai hikmah yang terkandung. Ah… memang dakwah adalah sesuatu, ya sesuatu yang membuat kehidupan tidak pernah mengalami kebosanan, karena akan terus terpacu kepada tantangan zaman dan perubahan yang terjadi ditengah-tengah ummat. Sesuatu yang membuat seorang hamba terus hidup walaupun meninggal, ya terus hidup apa yang diajarkan kepada ummat. Dan sesuatu yang akan terus menjadi poros kehidupan. Tibalah saatnya sampai kepada akhir dari perjalanan hidup. Tangan sudah tidak bisa lagi untuk mengajak, kaki sudah tidak bisa lagi berjalan dan mulut sudah bisa lagi berucap, jasadpun sudah kaku karena ditinggalkan oleh Ruh. Ketika itu seorang hamba dipanggil untuk melaporkan usaha terbaiknya kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Saat itulah, ketika pengemban dakwah yang beruntung akan di masukkan kedalam surga dengan berbagai kenikmatannya, seketika itu terlupakan seluruh jarum yang menusuk badannya, cacian makian yang diterimanya, penolakan yang diterimanya, tebasan pedang yang menyayat badannya dan berbagai ujian yang diterimanya. Sungguh perniagaan yang menguntungkan. – يَا مُخَنثَ العزْمِ أيْنَ أَنْتَ وَالطّريقُ ؟ طَريقٌ تَعِبَ فِيهِ آدمُ ، وناحَ لأَجْلِهِ نُوح ، وَرُميَ فِي النَّار الْخَلِيلُ ، وأضْجِعَ للذّبْحِ إسْماعيلُ ، وَبِيعَ يُوسُف بثَمَنٍ بَخْس ولَبِثَ فِي السِّجْنِ بِضْعَ سِنين ، وَنُشِرَ بالْمِنْشَار زكريا ، وذُبِحَ السّيدُ الْحصورُ يَحْيَ ، وَقَاسَى الضُّرّ أيوبُ ، وزادَ عَلى المِقْدارِ بُكَاءُ داود ، وسَارَ معَ الْوَحْشِ عِيسى ، وعَالجَ الْفَقْرَ وأنواعَ الأذَى محمّد صلّى الله عليه وسلم ، تزْهَا أنت باللّهوِ وَاللّعِب ابن قيم الجوزية, الفوائد Jalan menuju Allah adalah jalan dimana Adam kelelahan Nuh mengeluh Ibrahim dilempar ke dalam api Ismail dibentangkan untuk disembelih Yusuf dijual dengan harga yang murah dan dipenjara selama beberapa tahun Zakaria digergaji Yahya disembelih Ayyub menderita penyakit Daud menangis melebihi kadar semestinya Isa berjalan sendirian dan Muhammad shalallahu alaihi wasallam mendapatkan kefakiran dan berbagai gangguan. Sementara kalian ingin menempuhnya dengan bersantai dan bermain-main? Demi Allah takkan pernah terjadi! Pos-pos Terkait Banyak diantara kita bila mendengar kata “berkorban” yang terbayang adalah kesulitan, beban, merugikan, menyakitkan dan berbagai perasaan lain yang tidak menyenangkan. Hal ini wajar karena berkorban mengharuskan seseorang mengesampingkan kepentingannya sendiri. Hal ini akan terasa berat dan menjadi beban bagi mereka yang tidak memahami esensi berkorban itu. Disatu sisi berkorban dijalan dakwah merupakan tuntutan yang harus dipenuhi. Karena dakwah merupakan kewajiban bagi setiap mukmin untuk tegaknya agama Allah. Sedangkan disisi lain secara manusiawi seseorang akan merasa berat jika dituntut untuk melakukan sesuatu yang dianggap merugikan atau tidak menguntungkan diri sendiri. Oleh karenanya diperlukan pemahaman yang utuh tentang berkorban dijalan dakwah itu sendiri. Apakah benar pengorbanan dijalan dakwah itu merugikan dan merupakan beban bagi para pengemban dakwah. Kalau kita coba pahami dengan baik ternyata berkorban itu bukan hanya untuk kepentingan orang lain. Sebenarnya manfaatnya akan kembali kepada diri sendiri. Seseorang yang merelakan hartanya untuk berjuang dijalan Allah sebenarnya ia tengah menabung untuk dirinya. Karena Allah akan memberikannya kembali dengan tambahan yang lebih besar diakhirat nanti. Dia berfirman مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ – ٢٦١ “Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui”. QS. alBaqarah261. Rasulullah saw. bersabda مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فِي سَبِيْلِ اللهِ تَضَاعَفَتْ بِسَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ. رواه أحمد “Barangsiapa menafkahkan sesuatu dijalan Allah maka akan dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali lipat”. HR. Ahmad Begitu juga orang yang mengorbankan jiwanya dalam rangka menegakkan agama Allah akan mendapat kedudukan yang tinggi disisiNya. Ia akan menggapai syahadah yang akan mengantarkannya kepada kebahagiaan abadi. Agar berkorban menjadi ringan Agar berkorban dijalan dakwah terasa ringan ada beberapa hal yang mesti kita lakukan; Pertama, berusaha menjadikan dakwah sebagai sesuatu yang paling kita cintai. Mencintai dakwah melebihi cinta kepada anak, istri, harta, bahkan diri sendiri. Inilah yang terjadi pada pribadi para sahabat Rasulullah saw.; Abubakar, Umar, Utsman, dan yang lainnya. Mereka rela mengorbankan diri dan hartanya dijalan Allah. Ketika Abubakar datang kepada Rasulullah saw. dengan membawa seluruh hartanya, Beliau saw. bertanya, “Adakah harta yang engkau sisakan? Ia menjawab, “Ada pada Allah dan Rasulnya.” Zaid bin Haritsah tidak merasa takut melesak ketengah barisan musuh diperang Mu’tah. Karena yang ia cari adalah syahid dijalan Allah. Ia telah menjual dirinya kepada Allah dengan surga sebagai harganya. Inilah yang Allah gambarkan dalam firmanNya اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَۗ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيُقْتَلُوْنَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ وَالْقُرْاٰنِۗ وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ – ١١١ Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itu Telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar. QS. At-Taubah111 Dengan mencintai dakwah sebagai wujud kecintaan kita kepada Allah kita akan merasa ringan ketika harus berkorban dijalannya. Seperti seseorang yang mencintai istri dan anaknya maka ia akan rela berkorban untuk mereka. Atau seperti seorang laki-laki yang mencintai seorang gadis, ia akan rela melakukan apapun demi mendapatkan cintanya. Seorang hamba yang mencintai Allah dengan sepenuh hatinya ditanya tentang kebiasaannya yang suka memberikan hartanya dan mengorbankan jiwanya dijalan Allah tanpa perhitungan, apa gerangan yang membuatnya demikian? Ia mengatakan, “Suatu ketika aku mendengar sepasang manusia yang sedang dimabuk cinta berbisik-bisik ditempat yang sunyi. Sang pemuda berkata kepada gadis disampingnya, “Aku, demi Allah sangat mencintaimu sepenuh hati, tapi mengapa engkau selalu berpaling dariku.” Gadis itu menjawab, “Jika engkau benar-benar mencintaiku, apa yang hendak engkau persembahkan sebagai bukti cintamu.” Pemuda itu berkata, “Akan aku persembahkan seluruh jiwa ragaku untukmu.” Hamba Allah itu berkata, “Ini adalah kisah cinta sesama makhluk, bagaimana jika yang dicintainya itu adalah Sang Khaliq yang layak untuk dipuja dan disembah?” Kedua, membiasakan diri dalam berkorban. Para nelayan yang sudah terbiasa menghadapi ombak dan badai serta dinginnya angin malam tidak merasa berat dengan semua itu, mengapa? Karena mereka sudah biasa. Dengan membiasakan diri untuk berkorban kita akan merasa ringan. Oleh karenanya sejak dari awal sejatinya dakwah harus disertai dengan semangat pengorbanan dan dibiasakan untuk berkorban baik harta, tenaga, waktu bahkan jiwa. Jika perlu diri kita harus dipaksa untuk berkorban agar hal itu menjadi sebuah kebiasaan. Dan yang harus memaksanya adalah diri sendiri, bukan orang lain. Para ustadz dan pembimbing mungkin hanya bisa mengarahkan dan membina agar para pengemban dakwah tersebut mau berkorban. Tetapi selanjutnya merekalah yang mengusahakan dirinya agar dengan suka rela memberikan pengorbannya untuk dakwah. Coba simak apa yang dilakukan Abdullah bin Rawahah ketika maju ke tengah medan pertempuran tetapi hatinya merasa ragu karena takut terhadap kematian maka ia serukan kepada jiwanya “Aku sungguh bersumpah, hai jiwaku, kau mesti menerjuni pertempuran, Mau atau tidak, kau terpaksa menghadapinya. Apabila orang-orang itu berhimpun dan mereka berpekik keras-keras, maka mengapa aku melihatmu membenci surga? Cukup lama kau merasakan ketenangan Bukankah kau tiada lain adalah air mani didalam kulit?” Ia kemudian menerjang ke tengah musuh dengan dahsyatnya hingga meninggal dalam keadaan syahid. Abdullah telah berhasil memaksa dirinya untuk mengorbankan jiwanya. Ia cambuk jiwanya ketika mencoba memalingkan dirinya dari pengorbanan itu. Tindakan seperti inilah yang mesti kita lakukan ketika jiwa kita merasa pelit dan malas untuk berkorban dijalan dakwah. Diri kita harus dipaksa untuk terbiasa dan bisa berkorban demi dakwah untuk meninggikan kalimah Allah li i’laali kalimatillah. Ketiga, berdakwah dengan penuh perasaan dan kesadaran. Selama ini kita merasa berat dalam melakukan aktifitas dan pengorbanan dalam dakwah mungkin karena kita tidak melakukan semuanya itu dengan sepenuh perasaan dan kesadaran. Padahal perasaan yang menyertai suatu aktifitas akan mampu menghilangkan rasa berat yang mungkin muncul. Sementara kesadaran penuh ketika melakukan suatu perbuatan akan mendatangkan kenikmatan didalamnya. Ketika dakwah yang kita lakukan hanya merupakan rutinitas atau bahkan hanya sekedar sebagai penggugur dosa maka ia akan tetap menjadi sebuah beban, dan pengorbanan dijalannya akan terasa memberatkan. Seperti shalat yang hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari lima menit akan terasa berat bagi orang-orang yang melaksanakannya tidak disertai dengan perasaan dan kesadaran. Berbeda dengan Rasulullah saw. dan para sahabat yang justru merasa nikmat ketika melaksanakan shalat. Sehingga mereka betah menghabiskan waktu yang lama dalam shalatnya. Sebaliknya orang-orang munafik malah merasa berat walau shalatnya hanya seperti burung bangau mematuk cacing. Allah beritakan hal ini dalam Alqur’an وَمَا مَنَعَهُمْ اَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقٰتُهُمْ اِلَّآ اَنَّهُمْ كَفَرُوْا بِاللّٰهِ وَبِرَسُوْلِهٖ وَلَا يَأْتُوْنَ الصَّلٰوةَ اِلَّا وَهُمْ كُسَالٰى وَلَا يُنْفِقُوْنَ اِلَّا وَهُمْ كٰرِهُوْنَ – ٥٤ Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan Karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak pula menafkahkan harta mereka, melainkan dengan rasa enggan. QS. At-Taubah54 Mengapa bisa terjadi perbedaan perasaan antara Rasulullah saw. dan para sahabat dengan orang munafik ketika melaksanakan shalat itu. Karena Rasulullah saw. dan para sahabat melaksanakannya dengan segenap perasaan dan kesadaran khusyu, sementara orang munafik melakukannya karena terpaksa kaarihuun. Maka tidak heran jika Khalid bin Walid, seorang panglima perang yang gagah-berani, merasakan kenikmatan luar biasa ketika berada dimedan perang. Padahal peperangan telah melukai setiap jengkal tubuhnya. Ia berkata, “Aku lebih menyukai malam yang sangat dingin dan bersalju, di tengah-tengah pasukan yang akan menyerang musuh pada pagi hari, daripada menikmati indahnya malam pengantin bersama wanita yang aku cintai atau aku dikabari dengan kelahiran anak laki-laki.” HR al-Mubarak dan Abu Nuaim. Suatu hal yang menyakitkan seperti perang menjadi nikmat karena dilakukan dengan segenap perasaan dan kesadaran. Khatimah Saat ini kita semua yang terjun didunia dakwah sangat diharapkan pengorbanannya demi tegaknya kembali hukum Allah dimuka bumi. Pengorbanan yang tulus dari hati sanubari. Pengorbanan yang tidak pernah berhenti. Berkorban dengan segala yang kita miliki. Pengorbanan dengan senang hati karena hal itu muncul dari kesadaran diri. Semakin banyak orang yang mau berkorban akan semakin dekat kemenangan datang. Sebaliknya bila sedikit orang yang mau berkorban maka akan semakin jauh pula kemenangan itu tiba. Keberhasilan kaum Muslimin menegakkan Daulah Islam di Madinah dalam waktu singkat adalah karena pengorbanan yang luar biasa dari mereka. Mush’ab bin Umair misalnya rela meninggalkan kemewahan hidupnya demi memenuhi seruan dakwah. Kaum Muhajirin rela berpisah dengan keluarga dan meninggalkan hartanya di Mekkah karena panggilan dakwah. Begitu juga kaum muslimin pada masa Khulafaur rasyidin dan para Khalifah sesudahnya lebih mementingkan dakwah dan jihad ketimbang mengejar duniawi. Sehingga islam mampu menyinari dua pertiga wilayah dunia dalam masa kejayaannya selama tiga belas abad. Tak inginkah kita berada dibarisan mereka yang telah berbahagia menyandang predikat pejuang islam. Orang-orang yang telah menghiasi perjalanan hidupnya dengan pengorbanan dijalan dakwah. Orang-orang yang telah mengukir sejarah peradaban islam yang gemilang. Jangan sia-siakan kesempatan untuk berkorban dijalan Allah yang Anda miliki hari ini sebelum kesempatan itu hilang yang akan menyisakan penyesalan tiada akhir. Wallahu a’lam bisshawab

jalan dakwah itu berat